Hi everybody ! Enjoy, read and be my blog's member ! Thanks for your visit ! :)
RSS

Minggu, 23 Juni 2013

Seputar Jakarta :D

Dalam rangka ultahnya Jakarta yang ke 486 yang baru aja dirayain kemarin (22 Juni 2013), Tin2 mau bagi-bagi info tentang Jakarta nih. Simak baik-baik ya :D


A. Mau tau julukan untuk kota Jakarta? Ini dia...

1. Kota dengan Mall Terbanyak


Jakarta selain merupakan kota terbesar di Indonesia, ternyata Jakarta juga memiliki mall terbanyak di dunia. Jakarta memiliki lebih dari 170 mall dalam wilayahnya saja. Jumlah ini telah melebihi batas ideal dari jumlah penduduknya. Sungguh ironi, di mana kita tahu bahwa banyak daerah lain di Indonesia yang ingin sekali memiliki mall.


2. Kota Terpadat di Asia Tenggara


Jakarta yang merupakan pusat dari segala aspek penting kehidupan Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 12 juta jiwa umat manusia. Sebagai kota metropolitan yang menjadi kunci perdagangan dan pemerintahan Indonesia, Jakarta tercatat dengan jumlah penduduk terpadat di Asia Tenggara.


3. Kota Terjorok Ketiga di Dunia


Percaya atau tidak, ternyata Indonesia adalah negara ketiga terjorok di dunia setelah India dan China, dan Jakarta adalah kota terjorok ketiga di dunia. Buruknya kualitas udara di kota Jakarta mengakibatkan kota ini mendapat predikat tersebut. WHO menetapkan Jakarta sebagai kota terjorok ketiga di dunia setelah kota Meksiko dan Bangkok dengan tingkat polusi yang sangat buruk.


4. Kota dengan WC Umum Terpanjang di Dunia


Hmm kalau yang satu ini mungkin hanya opini semata yang saya dapat dari salah satu website yang saya buka. Alamat websitenya ada di daftar pustaka itu ya. Ya, kalau dipikir-pikir julukan itu memang benar adanya, bisa dilihat buktinya di gambar di atas. Hmm ini hanya sekadar mengingatkan bahwa sungai di Jakarta ini memang sangat kotor dan kumuh. Buktinya saja masyarakat bisa sembarangan saja membangun rumah-rumah di pinggir sungai tanpa aturan dan tentunya WC umum yang demikian tidak layaknya. Hanya sekadar mengingatkan, coba lebih perhatikan sungai kita, terutama Ciliwung yang konon pernah dinobatkan sebagai sungai dengan air terbersih dan tersegar di dunia oleh salah satu majalah negeri barat.


B. Jakarta juga pernah ganti nama sebanyak 13 kali, nama-namanya adalah sebagai berikut...
  1. Pada abad ke-14, Jakarta bernama Sunda Kelapa dan merupakan pelabuhan Kerajaan Pajajaran.
  2. Tanggal 22 Juni 1527, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
  3. Tanggal 4 Maret 1621, Belanda memberi nama Stad Batavia menggantikan nama Jayakarta.
  4. Tanggal 1 April 1905 berubah nama menjadi 'Gemeente Batavia'.
  5. Tanggal 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.
  6. Tanggal 8 Agustus 1942 oleh Jepang dirubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi.
  7. Pada September 1945, pemerintahan kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
  8. Tanggal 20 Februari 1950, dalam masa Pemerintahan Pre Federal, Jakarta berubah nama lagi menjadi Stad Gemeente Batavia.
  9. Tanggal 24 Maret 1950 diganti namanya menjadi Kota Praj'a Jakarta
  10. Tanggal 18 Januari 1958, kedudukan Jakarta sebagai daerah swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya.
  11. Tahun 1961, dengan PP No. 2 tahun 1961 dan UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
  12. Pada tanggal 31 Agustus 1964, dengan adanya UU No. 10 tahun 1964, Jakarta dinyatakan sebagai nama yang tetap bagi Ibukota Negara Republik Indonesia ini.
  13. Tahun 1999, melalui UU No 34 tahun 1999 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan otonominya tetap berada di tingkat provinsi dan bukan pada wilayah kota. Selain itu, wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi enam bagian, yakni 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif Kepulauan Seribu.

C. Maskot Kota Jakarta

Maskot Jakarta

     Tahukah kalian bahwa maskot kota Jakarta sejak tahun 1989 adalah Elang Bondol dan Salak Condet? Ya, bukan Monas yang merupakan salah satu monumen indah di Jakarta Pusat tersebut. Kalau tidak yakin,coba saja lihat sisi kiri atau kanan Trans Jakarta saat ia sedang melaju. Pasti ada gambar seperti gambar di atas. Nah, itu maskot Jakarta! Kalo bukan, masa dipakai di Trans Jakarta? Di kawasan Cempaka Putih pun terdapat patung maskot Jakarta ini, yaitu patung Elang Bondol yang sedang terbang membawa Salak Condet. Gimana? Sekarang dah percaya? Kalo masih belom, cari di mbah google deh wkwkwkwk... Abis itu jangan lupa liat penjelasan berikut ya....

     Salak Condet adalah buah salak asli kota Jakarta. Di Jakarta, Salak Condet pernah berjaya di awal tahun 80-an. Namun sayang, produk unggulan dari Kampung Betawi ini terancam punah karena semakin terbatasnya lahan untuk menanam salak.

     Salak Condet mempunyai cita rasa yang manis dan juga asam. Daging buahnya yang agak besar memberikan cita rasa tersendiri bila dibandingkan dengan Salak Pondoh ataupun Salak Bali. Salah Condet yang sudah tua biasanya akan menjadi lebih masir. Masir itu adalah suatu keadaan ketika daging buah salak lebih lengket pada bijinya. Pada kondisi ini salak akan terasa lebih manis.

     Menurut berbagai sumber dan literatur yang ada, kini Salak Condet sudah sangat jarang dijumpai. Bahkan bisa dibilang, buah legenda ibu kota ini sudah punah. Ketua Dewan Holtikultura Nasional, Ir Benny A Kusbini mengatakan bahwa Salak Condet ini semakin hilang karena pertumbuhan masyarakat Jakarta yang semakin tinggi.

    "Salak Condet ini mulai hilang karena sudah terdesak oleh pertumbuhan masyarakat yang makin tinggi. Di mana banyak yang mendirikan rumah-rumah dan perkantoran di lahan yang seharusnya itu untuk budidaya Salak Condet," kata Benny saat berbincang santai dengan merdeka.com.

     Menurut Benny, penyebab lain hilangnya Salak Condet karena masuknya buah-buah impor yang lebih mendominasi pasar modern di Jakarta. "Buah-buah impor yang masuk juga mengakibatkan Salak Condet semakin dilupakan dan tidak begitu diminati dan dicari lagi," tambahnya.

     "Generasi muda kita ini sekarang kebanyakan dicontohkan oleh orang-orang tuanya untuk makan buah impor. Ya anggur, jeruk, apel dan lainnya," keluh Benny.

     Benny berharap agar Pemda DKI Jakarta lebih memperhatikan maskot ibu kota yang hampir punah ini. Dia yakin, Salak Condet masih bisa dilestarikan lagi, bahkan dapat menjadi daya tarik heritage Jakarta. "Kalau Pemda DKI mau dan serius, Salak Condet ini bisa dijadikan destination wisata kota Jakarta, bisa menjadi kebudayaan Betawi, menjadi heritage," ungkap Benny penuh harap.

     Nah, gimana dengan si Elang Bondol ya? Ya, burung elang bondol adalah burung elang yang paling sering melintas di wilayah Jakarta. Biasanya orang Betawi menyebut elang bondol ini dengan sebutan ulung - ulung. Nama latinnya adalah Haliastur indus.

     Nasib Elang Bondol bisa dikatakan mirip dengan saudaranya, Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), yang populasinya semakin menurun dan mengkhawatirkan akibat maraknya perburuan dan perdagangan ilegal. Ini sangat mengkhawatirkan dan perlu bantuan dari segala pihak untuk melestarikannya, ya agar kelak maskot ini pun dapat terus dinikmati dan dilihat oleh warga DKI Jakarta.

     Ya, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melestarikan Elang Bondol ini di habitatnya. Berdasarkan hasil survei pada tahun 2004, populasi Elang Bondol di Kepulauan Seribu, Jakarta, hanya tinggal 15 ekor saja. Meski spesies ini termasuk burung dengan wilayah persebaran yang merata di seluruh dunia, elang bondol bukanlah burung migran yang suka berpindah-pindah tempat.

     Elang bondol bukan hanya dapat dijumpai di wilayah DKI Jakarta, khususnya Kepulauan Seribu. Meski dijadikan maskot Jakarta, spesies ini juga bisa ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, Elang Bondol juga terdapat di China Selatan, India, Asia Tenggara, dan Australia.

     Elang Bondol berukuran sedang (45 cm) dan memiliki bulu yang berwarna putih dan cokelat pirang. Ketika remaja, seluruh tubuh burung ini akan berwarna kecokelatan dengan coretan pada dada. Warna cokelat mulai berubah menjadi putih keabuan pada tahun kedua dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga.

     Ketika menjadi burung dewasa, bagian kepala, leher, dan dada burung akan berwarna putih. Sedangkan sayap, punggung, ekor, dan perut berwarna cokelat terang, sangat kontras dengan bulu primernya yang berwarna hitam. Ini ada gambarnya...


     Elang bondol biasa hidup di tepi laut, muara, rawa-rawa, atau danau. Dalam literatur perburungan internasional, burung ini disebut sebagai red-backed sea-eagle atau elang laut punggung merah. Sebagaimana burung pemangsa jenis lain, makanan Elang Bondol ini berupa daging segar yang didapatkannya dari berburu. Ayam, mamalia kecil, ikan, kepiting, hingga serangga menjadi kesukaannya.


Elang Bondol yang sedang berburu ikan

     Musim kawin burung ini tergantung dari lokasi habitatnya. Namun berdasarkan penelitian, Elang Bondol secara umum memiliki musim kawin pada November hingga Desember dan mulai berkembang biak pada Januari sampai Agustus.

Sarang Elang Bondol

     Seperti kebanyakan raptor lainnya, sarang mereka berukuran besar dengan bentuk yang berantakan dan terdiri atas tumpukan ranting pohon. Tidak jarang terlihat pula beberapa sampah plastik, kain dan sebagainya yang digunakan sebagai bahan pelapis untuk sarangnya. Sarang tersebut kadang digunakan beberapa kali dalam beberapa musim berkembang biak. Jumlah telur umumnya hanya 2 butir, yang akan dierami induk betina selama 28 – 35 hari. Setelah telur-telur tersebut menetas, anakan akan mulai belajar terbang dan bisa meninggalkan sarang setelah berusia 40 – 56 hari. Mereka akan menjadi dewasa dan siap untuk hidup mandiri setelah berusia 100 – 116 hari.

     Di India, Elang Bondol dianggap sebagai representasi kontemporer Garuda yang merupakan burung suci tunggangan Dewa Wisnu. Sedangkan di Pulau Bougainville, Papua Nugini, ada sebuah fabel yang menceritakan seorang ibu yang sedang berkebun dan meninggalkan anaknya di bawah pohon pisang. Kemudian si bayi melayang ke atas langit sambil menangis, dan berubah menjadi kaa’nang, yaitu elang bondol dan kalungnya berubah menjadi bulu burung. Sungguh unik ya...

     Seperti halnya Elang Jawa, Elang Bondol juga termasuk satwa yang dilindungi dan tidak bisa diperdagangkan secara bebas. Hal ini dikarenakan populasinya di alam liar yang terus berkurang, meski status mereka berdasarkan IUCN Red List masih dinyatakan Least Concern (LC) atau tidak terlalu mengkhawatirkan, namun mereka tetap tak boleh diburu secara liar. Berdasarkan saran dari Om Kicau, sebaiknya kita hindari memelihara, membeli, maupun memperdagangkan berbagai jenis burung elang, termasuk Elang Bondol dan Elang Jawa. Meski saat ini banyak orang yang menawarkan elang di situs penjualan online, mohon jangan membelinya. Jika sedang sial dan ketahuan petugas, Anda bisa diancam hukuman pidana maksimal 5 (lima) tahun dan denda maksimal Rp 100 juta rupiah. Ga mau kan? Hehe... So this is it... Thanks for reading... :D


Daftar Pustaka :

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS