Enam bulan berlalu sejak pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pandemi yang melanda lebih dari 200 negara di dunia memberikan dampak yang sangat luas pada berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Pembelajaran jarak jauh telah menjadi rutinitas baru dalam dunia pendidikan. Guru dan siswa hanya bisa bertemu secara virtual melalui pertemuan daring di berbagai media sosial. Interaksi antar teman pun menjadi sangat terbatas karena menerapkan protokol kesehatan, yaitu physical distancing. Perubahan besar seperti ini mengakibatkan siswa harus mampu beradaptasi secara cepat. Namun, apakah semua siswa mampu melakukannya?
Beradaptasi dengan hal baru menjadi tantangan tersendiri dalam menghadapi perubahan besar di era pandemi. Tak hanya dalam hal pembelajaran dan interaksi sosial, siswa pun dihadapkan pada arus informasi yang begitu cepat. Informasi terus bermunculan dan menghanyutkan siswa dalam berbagai pengetahuan, tanpa bisa dipisahkan mana yang benar maupun yang salah. Hal ini pun memunculkan kebutuhan darurat bagi siswa untuk mampu menjadi pribadi berkarakter dengan kemampuan literasi.
Menanggapi pandemi yang masih berlangsung, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) hadir dengan rangkaian webinar pada Agustus lalu mengangkat tema pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Salah satu poin penting yang disampaikan dalam rangkaian acara ialah mengenai pentingnya kemampuan literasi pada siswa sebagai bekal untuk berperan di tengah masyarakat dunia. “Literasi adalah kecakapan untuk memilih, menganalisis informasi secara kritis, serta menggunakannya untuk mengambil keputusan dalam kehidupan,”ungkap Sofie Dewayani selaku salah satu pembicara dalam webinar bertajuk mengelola pembelajaran adaptif, fleksibel, dan akomodatif.
Gambar 1. Infografis Literasi Digital
Sumber : gln.kemdikbud.go.id
Memiliki kemampuan literasi menciptakan generasi muda yang berpikir kritis, berpikir sebelum bertindak, dan tidak mudah termakan oleh berita bohong atau hoax. Namun demikian, menciptakan kemampuan literasi tidaklah mudah. Siswa yang masih labil dalam mengambil keputusan membutuhkan sosok pembimbing yang senantiasa mengarahkan dan mengingatkan saat melalui jalan yang salah. Tantangan pun semakin besar dengan interaksi minimal antar guru dan siswa yang terbatas hanya dalam pembelajaran daring dan kemampuan siswa yang meningkat untuk mencari informasi dari berbagai sumber di media sosial.
Mengatasi tantangan yang ada, guru pun dituntut untuk semakin kreatif dalam memberikan pembelajaran bagi siswa dengan beragam gaya belajar. Guru dapat memodifikasi media pembelajarannya menjadi lebih interaktif dan reflektif guna menciptakan kemampuan literasi pada seluruh siswa. Penggunaan media berupa gambar, video, atau cerita dapat memfasilitasi gaya belajar siswa, mulai dari melihat atau visual, mendengar atau audio, membaca atau menulis, hingga melakukan atau kinestetik. Pada akhir setiap pembelajaran, siswa pun dapat diminta untuk merefleksikan pembelajaran yang baru ia dapatkan, sehingga menghasilkan pola pikir untuk selalu mengevaluasi segala informasi yang diterima sebelum disebarkan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di era pandemi memerlukan metode adaptif yang disesuaikan dengan kondisi, kompetensi, dan kebutuhan siswa. Modifikasi apapun yang diciptakan memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan tetap berusaha untuk menuntaskan capaian pembelajaran dalam kurikulum. Guru dan siswa dapat bekerja sama untuk saling beradaptasi menghadapi perubahan yang terjadi di era pandemi ini.